KONSEP PEMBELAJARAN INOVATIF

KONSEP PEMBELAJARAN INOVATIF

     A.    Konsep Pembelajaran Inovatif
            Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai di dalam dunia pendidikan. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang berasumsi bahwa siswa mempelajari segala sesuatu dapat dipermudah dengan menggunakan berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, internet, televisi, gambar, audio, dan sebagainya,  yang semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992:3), yang menyatakan bahwa “Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated.” Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dengan konsekuensi peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
         Kata “inovatif” berasal dari kata sifat bahasa Inggris inovative. Kata ini berakar dari kata kerja to inovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu yang baru). Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan dan bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. 
 Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan. Program pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang langsung memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas berdasarkan kondisi kelas. Pada gilirannya program pembelajaran tersebut akan memberi sumbangan terhadap usaha peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan. Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara sistem atau subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan, dianalisis, dan disintesiskan sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.
         Pembelajaran yang inovatif akan tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan atau lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.
Secara garis besar, pembelajaran inovatif dapat digambarkan sebagai berikut:
a.     Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b.     Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c.  Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
d.    Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e.  Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

      B.    Manfaat Pembelajaran Inovatif
      Manfaat dari pembelajaran inovatif, yaitu:
a.      Memperbaiki keadaan sebelumnya ke arah yang lebih baik,
b.   Memberikan gambaran pada pihak lain tentang pelaksanaan inovasi sehingga orang lain dapat mengujicobakan inovasi yang kita laksanakan,
c.      Mendorong untuk terus mengembangkan pengetahuan dan wawasan,
d.     Menumbuhkembangkan semangat dalam bekerja.
    C.    Tantangan dalam Pengembangan Pembelajaran Inovatif
    Tantangan yang menuntut berbagai upaya yang inovatif dalam pendidikan menurut Yusuf Hadi            Miarso (1984:175) antara lain:
a.  Berkembangnya jumlah penduduk yang pesat dan meningkatkan keinginan masyarakat untuk mendapat pendidikan.
b.     Berkembangnya ilmu pengetahuan yang menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan yang terus menerus.
c.      Berkembangnya teknologi yang pesat yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan, bahwa yang mendorong perlunya dilaksanakan inovasi pendidikan adalah permasalahan atau kelemahan yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri dan faktor permasalahan yang terdapat dari luar sistem pendidikan atau yang ada di masyarakat. Yusuf Hadi Miarso (1984:146) mengelompokkan permasalahan-permasalahan tersebut ke dalam masalah sebagai berikut:
a.  Masalah input yaitu terbatasnya jumlah anak yang mempunyai kesempatan untuk bersekolah, ketidakseimbangan jenjang persekolahan, jumlah dan kualitas guru yang tidak relevan dan kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan dan pembangunan.
b.   Masalah output yaitu kualitas dan kuantitas lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan jumlah angka Drop Out yang sangat besar.
c.      Masalah struktural yaitu sistem administrasi dan perencanaan yang belum efisien.

Untuk menanggulangi dan menghadapi tantangan serta permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya dan strategi inovasi dalam sistem pendidikan.

Daftar Pustaka
2.      Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: PPLPTK, Ditjen Depdikbud.
3.      Santoso S. Hamidjoyo. 1974. Inovasi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Komentar